Auksin dan Pengaruhnya

     Hormon auksin adalah regulator yang berperan penting pada banyak proses dalam tumbuhan. Kadar auksin di dalam sel dan jaringan diatur oleh seberapa sering biosintesis pada tanaman. Sebagian auksin pada tumbuhan tidak aktif atau ditransportasikan ke sel lain. Konsentrasi auksin dan aktivitas sinyal transduksi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meliputi perkembangan buah (Sundberg & Lars, 2009)
      Struktur auksin secara alamiah tersusun atas struktur cincin indol, pirol, dan gugus karboksil. Auksin meliputi auksin alami dan auksin sintetik. Auksin alami berasal dari tumbuhan itu sendiri, sedangkan auksin sintetik tidak diproduksi pada tumbuhan melainkan senyawa buatan yang memiliki struktur mirip dengan auksin alami dan memiliki fungsi yang serupa. Auksin alami terdiri atas indole-3-acetic acid (IAA), indole-3-butyric acid (IBA), dan 4-chloroindole-3-acetic acid, sedangkan auksin sintetik terdiri atas 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan 1-napthalene acetic acid (1-NAA) (Gambar 1) (Roberts, 2007; Ma dkk., 2018).



(Ma dkk., 2018)
Gambar 1. Struktur auksin alami dan sintetik; (a) auksin alami, (b) auksin sintetik

      Pemberian auksin (IAA) dapat meningkatkan perkembangan buah. IAA tersebut disintesis pada biji untuk perkembangan buah awal. Sun dkk. (2018) menyatakan bahwa buah timun yang diberi auksin (IAA) secara eksogen dapat meningkatkan lebar buah secara signifikan. Pemberian IAA eksogen juga dinyatakan dapat meningkatkan IAA dan sitokinin endogen pada tanaman (Hikosaka & Sugiyama, 2015)
      Indole-3-acetic acid (IAA) berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah. Auksin bukan sekedar hormon, tetapi juga termasuk regulator utama pada tumbuhan. Kebutuhan auksin oleh tumbuhan untuk perkembangan buah diketahui berdasarkan penelitian Sundberg & Lars (2009) yang menyatakan bahwa kadar IAA yang terdapat pada buah yang tidak melalui polinasi dengan buah mengalami polinasi adalah berbeda. Walaupun buah yang tidak mengalami polinasi tumbuh menjadi lebar yang hampir sama dengan buah yang dipolinasikan. Hal tersebut ternyata berdasarkan perbedaan ada atau tidak adanya biji pada buah, sehingga diasumsikan biji tersebut merupakan sumber dari auksin. Peran auksin ternyata juga dapat menginduksi hormon giberelin untuk aktif sehingga hormon giberelin tersebut dapat menginisiasi pertumbuhan buah (Sundberg & Lars, 2009).
      Perkembangan buah sebenarnya dipengaruhi oleh pengaturan fitohormon berupa hormon auksin, giberelin dan hormon lainnya. Telah diketahui bahwa IAA berperan dalam perkembangan buah. Sebenarnya, biji tersebut merupakan tempat sintesis IAA sehingga biji tersebut digunakan sebagai sumber yang kaya akan auksin, terlibat dalam inisiasi buah dan fase pertumbuhan awal buah. Besarnya buah dikatakan berkorelasi positif dengan jumlah biji pada stroberi. Umumnya, banyak biji menghasilkan buah yang besar pula (Pandolfini, 2009).

0 Comments