Etnobotani merupakan
dasar untuk ilmu biologi lainnya, tanpa adanya interaksi antara manusia dengan
tumbuhan maka kita tidak bisa menggali ilmu ditempat lain. Etnobotani tersebut
merupakan interaksi antara ahli botani, antropologi, kimia, farmasi, dan spesialis
pada bidang lainnya. Etnobotani bukan hanya mempelajari mengenai tumbuhan,
tetapi juga bidang lain seperti kimiawinya, budaya asli dari masyarakat lokal
dan lainnya. Seorang peneliti akan sangat sulit mengumpulkan data ekologi,
kehutanan, pengelolaan tanah jika orang-orang asli daerah tersebut tidak ada,
atau punah. Tanpa adanya pembelajaran dan pengetahuan dasar dari bidang-bidang
tersebut maka tidak akan ada pengetahuan masyarakat, dan penelitian mengenai
pemanfaatan tumbuhan. Masyarakat lain harus mengerti cara hidup orang lain,
seperti masyarakat pedalaman yang mengerti bagaimana memanfaatkan tumbuhan
dengan baik, pengobatan herbal, pangan, sandang, dan bahan-bahan yang di dapat
dari tumbuhan lainnya. Jika pengetahuan masyarakat pedalaman tersebut tidak
dipelajari maka akan punah sehingga masyarakat zaman sekarang tidak akan tahu
bagaimana memanfaatkan tumbuhan tersebut.
Pengetahuan yang belum
dapat ditelusuri tersebut sangat disayangkan jika harus hilang padahal dunia
masih membutuhkan informasi tersebut untuk keperluan kajian lainnya, seperti
obat-obatan, dan pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui dunia. Sebenarnya
masih banyak sekali ilmu yang belum ditelusuri dan masih banyak sekali bidang
ilmu pengetahuan yang masih membutuhkan informasi yang penting untuk
menyelesaikan sebuah masalah. Hal tersebut, dikarenakan bidang kajian lain
belum memiliki objek kajian yang dicari, atau belum terekspos secara publik.
Etnobotani menyediakan
pengetahuan masyarakat dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah. Penyakit yang
belum teratasi mungkin saja dapat ditemukan obatnya dengan informasi suku-suku
pedalaman, penemuan obat baru, maupun tumbuhan, serta penemuan spesies baru
dapat terjadi. Dalam perkembangannya, bidang etnobotani memiliki poin penting
dalam melaksanakan kajiannya. Berikut adalah perkembangan dan pentingnya
etnobotani secara keseluruhan.
Pendekatan
Indisipliner
Etnobotani selalu sampai
ditingkat ilmu interdisipliner, tetapi kurang interaksi antara ilmu lain. Salah
satu aspek yang paling penting untuk etnobotani adalah menjaga kedekatan
hubungan dengan ilmu yang berbeda, antara lain ahli botani, antropologi, kimia,
tanah, dan lainnya. Oleh karena itu, sangat efisien untuk mempelajari
etnobotani di daerah tertentu. Jika multidisipliner maka wawasan dan
pembelajaran tersebut menjadi lebih luas.
Misalnya, pada satu tim
terdiri dari ahli etnobotani, antropologi, dan kimia. Masing-masing ahli
tersebut akan bekerja sesuai dengan keahliannya. Ahli botani dapat
mengidentifikasi tumbuhan secara tepat, mengkoleksi, dan mempelajari lingkungan
dan ekologisnya. Ahli antropologi dapat mendapatkan jumlah maksimum dari data
yang digunakan pada tumbuhan, cara masyarakat lokal menyiapkannya, dan mitos
yang menyebar atau cerita rakyat yang diketahui masyarakat mengenai tumbuhan
tersebut. Ahli kimia dapat melakukan tes meliputi perbedaan ramuan oleh metode
yang dilakukan masyarakat lokal, menentukan komposisi yang terkandung dalam
tumbuhan dan sajian tersebut, dan dapat menguji serta analisis secara
laboratorium. Hasil yang didapatkan biasanya dapat bertolak belakang antara uji
secara kimia dengan pendapat masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan dan kerja
tim tersebut sangat penting agar hasil penelitian akurat dan berguna bagi
penelitan selanjutnya.
Etnoekologi
Etnobotani sekarang
juga mencantumkan lebih banyak aspek ekologi, seperti interaksi antara hewan
dan tumbuhan, perubahan pada objek biologisnya, mekanisme pertahanan, dinamika
hutan, demografi hutan, dan celah dalam aspek ekologi lainnya. Semakin kedepan,
informasi akan semakin sulit dan membutuhkan kerja yang lebih lama maka
partisipasi dari spesialis lain sangat dibutuhkan untuk melengkapi informasi
yang masih kurang. Oleh karena informasi pada bidang ekologi sangat mendukung
pembelajaran etnobotani sehingga bidang tersebut dibutuhkan. Misalnya, seperti
suku Maue Indian pada beberapa tahun silam mengkultivasi tanaman guarana (Paullinia cupana var. sorbilis Ducke). Permasalahannya adalah
daun muda dari tanaman ini memiliki serangkaian ekstra nektar bunga pada bagian
pinggir daunnya, yang mana sering dikunjungi dan dilindungi oleh semut. Bidang
ekologi, dapat digunakan untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalamnya. Namun,
karena kepercayaan suku indian tersebut bersahabat dengan semut tersebut dan
mereka tahu bahwa tanaman guarana tersebut akan tumbuh lebih baik dan
memproduksi lebih banyak lagi.
Gabungan antara
etnobotani dan etnoekologi dapat memberikan kajian yang lebih luas dan
kompleks. Etnobotani dapat memberikan uraian mengenai tumbuhan secara detail
juga memiliki aspek pengetahuan masyarakat di dalamnya. Etnoekologi juga dapat
memberikan gambaran interaksi dan struktur dari hasil pengetahuan masyarakatnya.
Sebagai contoh, orang-orang Kayapo memiliki kebiasaan menanam pohon dan herba
sepanjang jalan di hutan. Hal tersebut merupakan pengelolaan ekosistem secara
hati-hati dengan penanaman untuk persediaan makanan, obat-obatan, dan lainnya.
Tanaman yang toleran terhadap naungan akan tumbuh pada tipe pengelolaan
tersebut. Orang-orang Kayapo juga memiliki pengetahuan dalam penggunaan
serangga sebagai mekanisme pertahanan terhadap tanaman panen dan sumber produk
mereka seperti madu.
Pembelajaran
dari Petani Agrikultur
Banyak sekali peneliti
etnobotani melakukan penelitian dan pembelajaran terhadap masyarakat adat suku
di dunia. Namun, salah satu aspek yang seringkali terlupakan adalah orang-orang
lokal. Banyak sekali orang-orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai
tumbuhan dan pengelolaan lingkungan di sekitar kita. Misalnya adalah petani,
umumnya, mereka memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai jenis tanaman
tertentu. Selain itu, orang-orang tersebut masih sering menggunakan tanaman
obat sebagai obat herban walaupun masyarakat tersebut sekarang sudah di zaman
modern, yang mana masyarakat lebih banyak menggunakan obat-obatan sintetik. Peneliti
bisa saja mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan tanaman yang belum pernah
diketahui sebelumnya dari masyarakat lokal.
Sistem
pembelajaran etnobotani tidak sekedar mendapatkan ilmu dari masyarakat, tetapi
juga harus dikembangkan melalui penelitian dan diaplikasikan untuk masyarakat.
Peneliti harus memberikan solusi terhadap permasalahan, hutang budi yang harus
dibayar untuk memberikan sebuah inovasi bagi masyarakat lokal. Aplikasi yang
diberikan kepada masyarakat dapat meliputi peningkatan hasil panen, kehutanan,
perkebunan, yang kemudian berlanjut pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal.
Persediaan
Etnobotani Kuantitatif
Data
yang diperoleh oleh para peneliti untuk mengetahui kegunaan tanaman di hutan
dan cara belajar mengenai pentingnya hutan hujan oleh suku Indian Amazonian
pada abad ke-20 tersebut tidak memiliki data kuantitatif, dan hanya sedikit
data lainnya. Alasan tersebutlah, maka proyek lainnya membuat data kuantitatif
mengenai penggunaan tumbuhan di Amazonia. Data kuantitatif dalam kajian
etnobotani sangat penting. Data kuantitatif menunjukkan adanya nilai berupa
jumlah maupun persentase dari hasil penelitian, seperti jumlah penggunaan pohon
dan spesiesnya, serta persentase penggunaan pohon sebagai sumber makanan,
medis, konstruksi, dan komersial. Data kuantitatif juga dapat digunakan untuk
mengindikasikan persentase masyarakat lokal menggunakan tanaman lain di hutan
meliputi herba, semak, dan epifit.
Penelitian
dalam bidang etnobotani memperluas kajian dengan adanya data kuantitatif dan
penambahan dimensi ekologi yang baru melalui pendekatan tim multidiskipliner.
Sebenarnya, masih banyak sekali yang dapat dilakukan di etnobotani, yang dapat
dibuktikan dan diketahui secara umum. Peneliti muda harus mengambil kesempatan
untuk mengambil posisi tersebut untuk mengembangkan penelitian sebelumnya.
0 Comments