[Hortikultura] Macam-Macam Sistem Hidroponik yang Sering Digunakan

Sistem wick (wick system)
      Sistem wick merupakan tipe sistem hidroponik yang paling sederhana. Sistem ini adalah pasif, artinya bahwa tidak ada bagian benda yang bergerak. Penggunaan sumbu dalam sistem ini adalah untuk mengangkut air dan nutrisi ke bagian akar tanaman dengan konsep kapilaritas. Media bibit sebelumnya seperti rock wool dapat langsung dimasukkan ke dalam cup. Sistem wick ini biasa digunakan untuk kebun mini dan dapat ditanam tanaman sayuran seperti selada, dan tanaman herba lainnya (Simply Hydro, 2008).
Sistem wick

NFT (Nutrient Film Technique)
        NFT merupakan sistem hidroponik yang mengalirkan air dengan lapisan tipis. Aliran air diatur dengan adanya pompa sehingga dapat terdistribusi ke seluruh tray yang berisi tanaman. Tray diposisikan miring agar air tidak terendam dan hanya berupa lapisan air yang tipis. Air dan nutrisi mengalir secara konstan ke seluruh sistem dan kembali ke penampungan airnya. Tanaman yang dapat ditanam adalah tanaman sayuran, seperti selada, kangkung, sawi dan lainnya (Simply Hydro, 2008).
Sistem NFT (Nutrient Film Technique)

DFT (Deep Flow Technique)
    Berbeda dengan NFT, DFT memiliki posisi tray yang lurus (tidak miring) sehingga air terdistribusi dengan volum air yang cukup banyak. Oleh karena itu, akar tanaman akan terendam dalam tray tersebut. Nutrisi akan terdistribusi secara konstan dan memenuhi kebutuhan tanaman melalui akar yang terendam. Nutrisi yang tidak terabsorpsi oleh tanaman akan dikembalikan pada penampung, yang nantinya akan dipompa kembali ke sistem tersebut. Tanaman yang dapat ditanam adalah tanaman sayuran (Kozai dkk., 2015).
DFT (Deep Flow Technique)

Dutch Bucket System
     Sistem ini digunakan untuk tanaman berbuah. Prinsipnya adalah wadah berupa ember atau penampung sebagai tempat larutan nutrisi. Air dan nutrisi dialirkan dari tandon ke media dan tanaman secara terus menerus. Media yang biasa digunakan adalah hidroton, yaitu berupa tanah liat yang dikeringkan dan berbentuk seperti kerikil. Pada saat tertentu, hingga air dan nutrisi telah mencapai batas dalam penampung akan dialirkan ke sumber. Tanaman yang cocok dengan sistem ini adalah tanaman berbuah, seperti melon, semangka, tomat, lada, dan lainnya (Roberto, 2003).
Dutch Bucket System

Akuaponik
     Akuaponik merupakan kombinasi antara akuatik dan hidroponik. Sistem ini adalah pemanfatan kotoran ikan sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga tanaman tidak perlu disediakan nutrisinya. Keuntungannya adalah, petani dapat memanen hasil tanaman sekaligus ikan yang telah dibudidayakan secara bersamaan. Umumnya, ikan yang digunakan adalah ikan lele atau nila. Ikan lele dipilih karena memproduksi kotoran yang banyak sehingga dapat digunakan dalam skala besar, sedangkan ikan nilai dapat digunakan untuk skala kecil. Namun, sebelumnya tampungan ikan diberi mikroba agar mikroba tersebut dapat mengurai kotoran ikan menjadi sesuatu yang edible bagi tanaman (Sungkar, 2015). Tanaman yang dapat ditanam umumnya bermacam-macam, dapat tanaman sayuran, buah, maupun bunga.
Akuaponik

Referensi
Kozai, T., Genhua N., Michiko T. 2015. Plant Factory: An Indoor Vertical Farming Sytem for Efficient Quality Food Production. Academic Press. London.
Roberto, K. 2003. How to Hydroponics. Futuregarden, Inc. New York.
Simply Hydro. 2008. Basic Hydroponic Systems and How They Work. http://www.simplyhydro.com/system.htm. Diakses pada 10 Mei 2018.
Sungkar, M. 2015. Akuaponik ala Mark Sungkar. AgroMedia. Jakarta.

0 Comments