Sel digunakan untuk menyatakan satuan dasar minimum suatu jasad hidup yang mampu melakukan perbanyakan diri (self-duplication). Satuan dasar menentukan struktur dan fungsi semua jasad hidup (jasad tingkat rendah dan tingkat tinggi). Tiap sel mempunyai sistem kehidupan sendiri, sehingga masing-masing sel memiliki peranan yang terpadu dengan sel-sel lainnya. Sel tersusun atas komponen-komponen kimiawi utama, yaitu protein, asam nukleat, lemak dan polisakarida. Oleh karena itu, sel merupakan suatu satuan yang selalu mengalami perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan ukuran dan volume karena adanya proses pertumbuhan dan perubahan fungsi (Yuwono, 2008). Kebanyakan sel dapat hidup dalam perubahan lingkungan dan kemampuan untuk adaptasi terhadap kondisi yang baru agar dapat melanjutkan aktivitas fungsinya. Namun, kerusakan pada sel juga dapat terjadi ketika kondisi dalam lingkungan sel tidak dapat mempertahankan keseimbangan fisiologisnya. Hasil dari kerusakan adalah adanya perubahan sintesis (anabolisme) atau perubahan penurunan sintesis (katabolisme). Kerusakan yang lebih parah dapat menghasilkan dalam perubahan adaptif dikenal dengan hipertrofi, atrofi atau hiperplasia bahkan nekrosis (kematian) pada sel. Sel dikatakan mati jika terlibat dalam suatu proses yang reversibel sampai tahap ireversibel atau tidak kembali seperti semula (Kroemer dkk., 2009).
Apoptosis
Apoptosis atau kematian sel terprogram adalah bentuk dari sel yang bunuh diri terjadi dalam morphogenesis (pembentukan organ). Selain itu, juga terjadi pada pergantian sel secara normal baik sebagai perlakuan di dalam beberapa kondisi patologi. Apoptosis merupakan proses biokimia yang aktif terdiri atas hilangnya air dengan nukleus dan kondensasi sitoplasma, diikuti oleh produksi enzim yang nantinya memotong DNA pada internukleosomal (aktivitas endonuklease) dan perbaikan membran sel (aktivitas jaringan transglutaminase) (Carbonari dkk., 2011).
(Huether, 2015)
Gambar 2. Skema ilustrasi perubahan morfologi pada peristiwa apoptosis.
Nekrosis
Nekrosis merupakan fenomena pasif disebabkan karena hilangnya homeostatis dan dikhususkan oleh rusaknya mitokondria, diikuti oleh pembekakan dan lisis pada sel. Sel yang lisis menumpahkan isinya dalam ekstraselular karena hilangnya integritas membran (Carbonari dkk., 2011). Nekrosis dikategorikan sebagai nekrosis koagulatif, nekrosis likuefaktif dan nekrosis kaseosa. Nekrosis koagulatif diakibatkan oleh kekurangan suplai darah pada suatu area. Nekorsis likuefaktif diakibatkan oleh cedera yang cukup serius pada daerah neuron. Kerusakan neuron meyebabkan pelepasan lisosom. Nekrosis kaseosa dianggap memiliki hubungan dengan tuberkolosis (Tambayong, 2000).
(Huether, 2015)
Gambar 3. Skema ilustrasi perubahan morfologi pada peristiwa nekrosis.
Kematian pada sel dapat diketahui pada pewarnaan (staining), hancurnya nukleus dan pecahnya membran sel (Bullough, 2010). Metode untuk menentukan kematian sel adalah metode pewarnaan dengan trypan blue. Pewarnaan trypan blue untuk mendeteksi hilangnya integritas membran. Sel yang mati akan berwarna biru karena hilangnya integritas membran. Sel-sel yang hidup akan mengecualikan pewarna dan tidak tercemar (putih). Persentase viabilitas sel adalah jumlah total pada sel hidup (tidak terwarna) dibagi dengan jumlah total pada sel (terwarna dan tidak terwarna) dikalikan 100. Selain itu, terdapat metode lain, seperti penggunaan propidium iodida, LDH (lactate dehydrogenase), annexing V, deteksi ROS (Reactive Oxygen Species) atau mendeteksi hilangnya potensial membran mitokondria (Klionsky, 2009).
Mekanisme Trypan Blue
Metode sederhana untuk menentukan kematian sel adalah metode pewarnaan dengan trypan blue. Trypan blue digunakan untuk mendeteksi hilangnya integritas membran. Sel yang mati akan berwarna biru karena hilangnya integritas membran sehingga dapat menyerap medium yang ada di sekitarnya. Sel-sel yang hidup tidak akan terwarna dan tidak tercemar (putih) karena secara umum, membran sel masih utuh dan tidak rusak. Namun, sel-sel yang tidak sehat tidak mempunyai membran yang tidak utuh sehingga juga dapat menyerap medium di sekitarnya. (Klionsky, 2009).
Referensi
0 Comments