Diversitas
jamur sangat kaya dan terdiri dari empat kelas utama, yaitu Phycomycetes,
Ascomycota, Deuteromycota dan Basidiomycota. Diversitas yang sangat beragam,
sehingga jamur memiliki habitat yang beragam pula. Beberapa jamur dapat
dimanfaatkan sebagai produser bahan pangan melalui proses fermentasi. Proses
fermentasi tersebut dapat dilakukan secara anaerobik. Beberapa spesies jamur
juga merupakan patogen, sehingga diversitas jamur memiliki struktur morfologi
yang bervariasi (Sigee, 2005).
Jamur
merupakan organisme eukariotik dan memiliki dinding sel berupa zat khitin atau
selulosa. Dinding sel jamur sangat kompleks. Jamur juga memiliki serabut
disebut hifa. Umumnya, jamur memiliki jumlah hifa yang relatif banyak.
Perbedaan komponen penyusun juga dapat dijadikan sebagai acuan identifikasi
jamur (Hock, 2012).
2.1
Struktur Jamur
Membran
dan dinding sel jamur merupakan struktur kompleks yang berperan sebagai
penghalang permeabel selektif dan protektif dari lingkungan luar. Komposisi
kedua struktur tersebut bervariasi tergantung genusnya. Jamur merupakan
eukariot, sehingga organel memiliki membran, bagian membran sitoplasma tersusun
atas fosfolipid bilayer dengan protein pada selingannya untuk transpor dan
degradasi. Fosfolipid pada jamur dapat meliputi sterol, glikolipid dan spingolipid.
Perbedaan tersebut dapat digunakan sebagai identifikasi jamur sebagai rasio,
tipe dan jumlah lipid pada tiap spesies yang spesifik (Pepper, 2014).
Dinding
sel jamur merupakan struktur berlapis-lapis tersusun atas kitin, derivat
glukosa N-acetiyglucosa-mine. Dinding sel juga mengandung selulosa, galaktosa,
kitosa, dan mannan. Komponen dinding sel lain meliputi protein dan lipid.
Dinding sel terletak dibagian luar dari membran, karena sebagai pelindung
membran plasma (Pepper, 2014).
2.2 Diversitas Jamur
Jamur
dibagi menjadi tiga genus berdasarkan morfologinya, yaitu mold, mushroom dan yeast. Mold seperti Aspergillus,
Penicillium, Rhizopus, dan Pilobolus
merupakan jamur yang berserabut. Tiap sel yang serabut disebut hifa, yang
tumbuh banyak membentuk mycelia. Beberapa hifa memperpanjang keluar dari
mycelium membentuk aerial hyphae
untuk susunan spora aseksual atau memulai konidia dari 1 menjadi 50 mikrometer diameter. Beberapa mold memproduksi spora seksual sebagai
hasil reproduksi seksual (Pepper,
2014).
Mushroom merupakan bagian dari Basidiomycota,
yang berserabut berasal dari badan buahnya yang besar. Aerial mycelia berdekatan membentuk makroskopis mushroom, yang tujuan utamanya adalah
menyebarkan basidiospora seksual. Spora dapat ditemukan pada bagian bawah
tudung. Bagian di bawah tanah pada jamur terdapat mycelium, yang berguna untuk absorpsi
nutrisi. Mold dan mushroom merupakan dekomposer penting pada
hasil alam, seperti kayu, kertas, pakaian. Mold
dan mushroom memiliki pilihan
untuk memproduksi substansi ekstraseluler lengket, sebagai pengikat partikel
tanah satu dengan lainnya untuk membentuk tanah beragregat, mengurangi erosi
tanah (Pepper,
2014).
Yeast merupakan fungi uniseluler yang dapat melakukan fermentasi pada
kondisi aerob. Jenis yeast paling
penting adalah Saccharomyces dan Candida, yang merupakan anggota dari
Ascomycota. Yeast tidak memproduksi
spora, dan sangat subur di lingkungan yang banyak gula, serta sering
berasosiasi dengan buah, bunga dan getah dari pohon. Yeast dapat bereproduksi dengan cara menguncupkan dimana sel anak
terbentuk dari sel induk (Pepper,
2014).
Referensi
Hock, Bertold. 2012. Fungal Associations. Springer Science & Business Media. New York.
Pepper, I. L., Charles P. G., Terry J. G. 2014. Environmental Microbiology. Elsevier. New York.
Sigee, David. 2005. Freshwater Microbiology: Biodiversity and Dynamic Interactions of Microorganisms in the Aquatic Environment. John Wiley & Sons. West Sussex.
0 Comments